Rabu, 06 Maret 2013

KEADAAN ABNORMAL PADA KALA NIFAS

ABNORMALITAS YANG DAPAT MENYERTAI KALA NIFAS
 
Abnormalitas Rahim
Subinvolusi uteri
Segera setelah persalinan, berat rahim sekitar 1000 gram dan selanjutnya mengalami masa proteolitik, sehingga otot rahim menjadi kecil ke bentuknya semula. pada beberapa keadaan, terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat. Keadaan demikian disebut subinvolusi uteri. penyebab subinvolusi uteri adalah infeksi endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri.

Perdarahan kala nifas sekunder
Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama. kejadiannya tidak terlalu besar, apalagi dengan makin gencarnya penerimaan gerakan keluarga berencana. Penyebab utama perdarahan kala nifas sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta / selaput ketuban ( pada grandemultipara dan kelainan bentuk implantasi palsenta ), infeksi pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri.
Gejala klinis perdarahan kala nifas sekunder adalah terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui patrun pengeluaran lokia normal, terjadi perdarahan yang cukup banyak, dan dapat disertai rasa nyeri di daerah uterus.

Flegmasia alba dolens
Flegmasia alba dolens merupakan salah bentuk infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. vena femoralis yang terinfeksi dan disertai pembentukan trombosis dapat menimbulkan gejala klinis sebagai berikut :
  • Terjadi pembengkakan pada tungkai
  • Vena tampak berwarna putih
  • Terasa sangat nyeri
  • Tampak bendungan pembuluh darah 
  • Suhu tubuh dapat meningkat
Infeksi vena fermoralis jarang dijumpai dengan predisposisi pada penderita usia lanjut, multiparitas, dan persalinan dengan tindakan operasi.

Abnormalitas Payudara
Bendungan ASI
Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. keluhan yang muncul adalah mamae membengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu tubuh meningkat. penanganannya dengan mengosongkan ASI dengan masase / pompa, pemberian estradiol sementara dapat menghentikan pembuatan ASI, dan pengobatan simtomatis sehingga keluhan berkurang.

Mastitis dan Abses payudara
Pada kondisi ini terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi payudara. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi payudara adalah stafilokokus aureus yang masuk melalui luka puting susu. Infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada payudara, terjadi pemadatan mastitis perlu mendapatkan pengobatan yang baik dengan antibiotika dan simtomatis.
Infeksi payudara ( mastitis ) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria kulit menjadi merah, nyeri, dan bengkak serta di bawah kulit teraba cairan. Dalam keadaan abses payudara perlu dilakukan insisi agar Pus dapat dikeluarkan untuk mempercepat kesembuhan.